Cinta rupiah – Rupiah sudah kita kenal dalam kehidupan sehari-hari yang tentunya sangat lekat dengan kegiatan dalam hal jual beli. Rupiah merupakan mata uang negara Indonesia yang berasal dari bahasa sansekerta yakni Rupya yang berarti perak itulah mengapa orang zaman dahulu sering menyebut istilah rupiah dengan sebutan perak. Misalnya Rp. 1000 maka sering disebut sebagai 1000 perak.
Seiring berkembangnya zaman, mata uang rupiah sering berganti-ganti baik desain maupun bahannya. Di sisi lain mencetak pengadaan uang kembali juga kerap dilakukan pihak Bank Indonesia karena sudah tidak layaknya uang yang beredar. Peredarannya yang terus memutar di masyarakat tanpa terserap bank menyebabkan banyaknya kasus uang yang lusuh, berlubang, bahkan ada yang sampai robek.
Rusaknya rupiah dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat dalam merawat dan menjaga rupiah khususnya uang dengan bahan kertas. Padahal jika kita mampu untuk merawat dan menjaganya maka jumlah uang yang rusak dapat diminimalisir yang tentunya akan menekan biaya produksi percetakan pengadaan uang baru sebagai pengganti uang yang lusuh dan rusak tersebut.
Lusuh maupun rusaknya rupiah pada uang kertas menurut Bank Indonesia termasuk dalam jenis uang yang sudah tidak layak edar. Mungkin beberapa dari kita tidak menyadari bahwa melipat uang, menstrepler, bahkan mencorat-coret uang kertas termasuk dalam tindakan tidak menjaga dan merawat rupiah yang ternyata berdampak besar pada masa pakai uang tersebut.
Tindakan melipat uang mungkin terlihat sepele namun ternyata justru membuat uang kertas menjadi lebih cepat lusuh bahkan robek. Sementara menstrepler uang kertas justru akan membuat uang kertas menjadi berlubang. Mungkin sebagian dari kita beralasan dengan menstrepler uang kertas membuat proses kalkulasi menjadi lebih mudah. Ketidakmampuan kita untuk menjaga dan merawat rupiah inilah yang akan membuat usia pakai dari uang kertas tersebut menjadi lebih pendek.
Nah, jika kondisi uang sudah termasuk dalam kategori tidak layak edar maka pihak Bank Indonesia akan menariknya dan menggantinya dengan pengadaan baru. Padahal biaya yang digunakan untuk mencetak kembali uang-uang tersebut tidak sedikit, seperti pada tahun 2012 biaya untuk pencetakan pengadaan uang kembali mencapai 2 triliun. Coba bayangkan jika kita mampu menjaga dan merawat rupiah, tentu dana tersebut bisa digunakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat.
foto rebeldesk