
cinta rupiah
Cinta rupiah – Indonesia negeri yang sangat luas dan kaya. Wilayah Indonesia meliputi lebih dari 13.000 pulau dan kepulauan yang berbatasan dengan sepuluh negara tetangga di sekitarnya.
Wilayah laut berbatasan dengan negara India-Singapura-Thailand-Vietnam-Filipina-Palau dan Australia. Sedangkan wilayah daratannya harus berbagi dengan Malaysia-Timor Leste serta Papua New Guinea.
Kawasan perbatasan Indonesia dengan negara tetangga tersebut tersebar di 12 Propinsi, yang meliputi 38 wilayah kabupaten/kota. Keberadaan mereka tersebar dari Sabang hingga Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa penduduk Indonesia yang tinggal di wilayah perbatasan dengan negara tetangga lebih memilih melakukan transaksi ekonomi dengan menggunakan mata uang negara tetangga dibandingkan menggunakan mata uang negaranya sendiri. Bukan karena mereka tidak cinta dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun lebih karena akses mereka ke negara tetangga lebih mudah daripada harus berhubungan dengan kota terdekat di Indonesia.
Untuk mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari, mereka tak perlu jauh-jauh ke salah satu kota yang ada di wilayah Indonesia, karena hampir seluruh kebutuhan hidup didatangkan dari negeri tetangga dengan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih terjangkau tentunya.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Pertama masalah sarana & prasarana. Seringkali pemerintah abai dengan situasi & kondisi di wilayah perbatasan. Sarana menuju ke wilayah terjauh sering kali rusak, tak terawat, bahkan tak jarang putus di beberapa bagian jalan. Apalagi jika wilayah perbatasan tersebut berupa sebuah pulau, masyarakatnya akan semakin sulit menjangkau kota terdekat di wilayah Indonesia.
Seperti yang dialami warga di Pulau Sebatik yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia. Masyarakat di pulau ini lebih memilih berbelanja ke kota Tawau (wilayah Malaysia yang letaknya dekat dengan Pulau Sebatik), daripada ke kota Nunukan yang terletak di daratan Kalimantan. Walaupun harus mengeluarkan ongkos sebesar Rp 140.000,- bolak-balik Sebatik-Tawau, mereka merasa lebih nyaman, lebih bangga dan akhirnya berakibat pada meningkatnya gengsi dibandingkan jika berbelanja di Kota Nunukan. Dalam seminggu bisa hampir setiap hari mereka menempuh jalur tersebut.
Uniknya, di Pulau ini masyarakat bertransaksi dengan menggunakan dua jenis mata uang, yaitu mata uang Rupiah serta mata uang Ringgit Malaysia. Sebuah PR besar bagi pemerintah untuk membangkitkan kepercayaan masyarakat yang sudah terlanjur lebih sering mempertukarkan Ringit daripada Rupiah.
foto wikimedia